✔ 5 Karakteristik Instrumen Evaluasi Berpikir Tingkat Tinggi (Hots)

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setia akseptor didik.

Soal yang termasuk Higher Order Thinking (HOTS) mempunyai ciri-ciri:

1. transfer satu konsep ke konsep lainnya;
2. memproses dan menerapkan informasi;
3. mencari kaitan dari aneka macam informasi yang berbeda-beda;
4. memakai informasi untuk menuntaskan masalah;
5. menelaah ide dan informasi secara kritis.

Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk dipakai pada aneka macam bentuk penilaian kelas dan Ujian Sekolah. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.

Di bawah ini dideskripsikan beberapa karakteristik instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi (HOTS):

1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memperlihatkan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, tanggapan soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan persoalan (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setia akseptor didik. Kreativitas menuntaskan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:

a. kemampuan menuntaskan permasalahan yang tidak familiar;

b. kemampuan mengevaluasi seni administrasi yang dipakai untuk menuntaskan persoalan dari aneka macam sudut pandang yang berbeda;

c. menemukan model-model penyelesaian gres yang berbeda dengan cara- cara sebelumnya.

‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin mempunyai tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi sanggup dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh alasannya yaitu itu semoga akseptor didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memperlihatkan ruang kepada akseptor didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran sanggup mendorong akseptor didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

2. Bersifat Divergen

Instrumen penilaian HOTS harus bersifat divergen, artinya memungkinkan akseptor didik memperlihatkan tanggapan berbeda-beda sesuai proses berpikir dan sudut pandang yang dipakai alasannya yaitu mengukur proses berpikir analitis, kritis, dan kreatif yang cenderung bersifat unik atau berbeda-beda responsnya bagi setiap individu.

Karena bersifat divergen, instrumen penilaian HOTS lebih gampang dirancang dalam format kiprah atau pertanyaan terbuka, contohnya soal esai/uraian dan kiprah kinerja. Apakah soal pilihan tidak sanggup dipakai untuk mengukur HOTS? Jawabannya dapat, asal proses berpikir untuk menjawab soal pilihan tersebut bukan sekedar menghafal atau mengulang. Sebaliknya, setiap soal uraian juga belum tentu HOTS bila untuk menjawabnya tidak memerlukan penalaran. Bahkan kiprah kinerjapun belum tentu HOTS, kalau hanya berbentuk resep sehingga akseptor didik hanya melaksanakan petunjuk yang diberikan.

3. Menggunakan Multirepresentasi

Instrumen penilaian HOTS umumnya tidak menyajikan semua informasi secara tersurat, tetapi memaksa akseptor didik menggali sendiri informasi yang tersirat. Bahkan di kala big data ibarat kini ini, yaitu akomodasi mendapat data dan informasi melalui internet, sudah selayaknya instrumen penilaian HOTS juga menuntut akseptor didik tidak hanya mencari sendiri informasi, tetapi juga kritis dalam menentukan dan memilah informasi yang diperlukan.

Untuk memenuhi keinginan di atas, sebaiknya instrumen penilaian HOTS memakai aneka macam representasi, antara lain lisan (berbentuk kalimat), visual (gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk video), simbolis (simbol, ikon, inisial, isyarat), dan matematis (angka, rumus, persamaan).

4. Berbasis permasalahan kontekstual

Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi faktual dalam kehidupan sehari-hari, di mana akseptor didik diharapkan sanggup menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menuntaskan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia ketika ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam aneka macam aspek kehidupan.

Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan akseptor didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menuntaskan permasalahan dalam konteks nyata. Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.

a. Relating, asesmen terkait pribadi dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration), inovasi (discovery), dan penciptaan (creation).

c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan akseptor didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menuntaskan masalah-masalah nyata.

d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan akseptor didik untuk bisa mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.

e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan akseptor didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, yaitu sebagai berikut.

a. Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar menentukan tanggapan yang tersedia;

b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;

c. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya mempunyai satu tanggapan tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak tanggapan benar atau semua tanggapan benar.

5. Menggunakan bentuk soal beragam

Bentuk-bentuk soal yang bermacam-macam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS) sebagaimana yang dipakai dalam PISA, bertujuan semoga sanggup memperlihatkan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh wacana kemampuan akseptor tes. Hal ini penting diperhatikan oleh guru semoga penilaian yang dilakukan sanggup menjamin prinsip objektif. kemampuan akseptor didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Penilaian yang dilakukan secara objektif, sanggup menjamin akuntabilitas penilaian.

Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang sanggup dipakai untuk menulis butir soal HOTS diantaranya pilihan ganda dan uraian.

a) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)

Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman akseptor didik terhadap suatu persoalan secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual.

Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, kemudian akseptor didik diminta menentukan benar/salah atau ya/tidak. Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah semoga diacak, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.

Susunan yang terencana sistematis sanggup memberi petunjuk kepada tanggapan yang benar. Apabila akseptor didik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.

b) Uraian

Soal bentuk uraian yaitu suatu soal yang jawabannya menuntut akseptor didik untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut memakai kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.

Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai citra wacana ruang lingkup bahan yang ditanyakan dan lingkup tanggapan yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian tanggapan yang mungkin diberikan oleh akseptor didik.

Dengan kata lain, ruang lingkup ini memperlihatkan kriteria luas atau sempitnya persoalan yang ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan terang tergambar dalam rumusan soalnya.

Belum ada Komentar untuk "✔ 5 Karakteristik Instrumen Evaluasi Berpikir Tingkat Tinggi (Hots)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel